Monday, July 10, 2006

Lamunan Jiwa

Kala kidung malam dihadiri sabitan bulan
Di sana...
Di bongkah batu bawah pohon di tepi danau
Bersandar menatap wajah raut malam yang berkaca keayuan
Di cermin air yang terbaur-tebar keemasan bergelombang kecil
terbelai semilir angin
Berarak indahnya

Di sini...
Di mata yang memandang
Di wajah yang meranum
Di rasa yang bergelora
Dan di lahir-jiwa yang berdiri sendiri
Yang hanya bayang terbaring tak bercelah
Bertanya pada yang ada
Pada ratu malam yang bersolek cahya
Pada sanggar jiwa yang mengaharap datangnya peraba
Dan pada cinta yang datang menyapa

Namun jawab yang diharap tak terurai ungkap
Segala mendiam-bisu
Mungkin mereka memang tak tahu akan jawab yang kuharap
Karena jawab yang kuharap adalah masih milik-Nya
Masih tak tersirat dalam alam fana
Perlahan kutatap bayang hitam yang meneman
Senyumnya pun terkadang mengembang dibelibis-bibir
Sebab di sana terpampang sejarah lalu yang berlangitan indahnya

Namun bila tatapku menusuk angkasa pada ratu malam
Seketika bahagia terlumat
Sebab yang kulihat di sana adalah ketidakabadian
Yang semula berarak cahya keindahan
Larut dalam gulita alam
Aku tak mau itu
Raga jiwa yang setia
Serta ayumu berabadi adalah wangian surga yang selalu kudamba
Saat ini hingga saat nanti

No comments: